Belenggu Nafsu Manusia
Ada seorang pencari spiritual yang menempa diri menahan nafsu,
bersiap-siap meninggalkan desa tempat tinggalnya, pergi ke gunung yang
tidak berpenghuni untuk mengasingkan diri bermeditasi. Dia hanya
membawa sepotong kain sebagai pakaian, lalu sendirian pergi ke gunung
dan menetap di sana. Kemudian terlintas dalam benaknya saat ia ingin
mencuci pakaiannya, dia perlu sepotong kain lain sebagai pengganti,
lalu dia turun gunung menuju desa, dan minta sedekah sepotong kain
sebagai pakaian pengganti kepada orang-orang desa, semua orang desa
mengetahui dia adalah seorang yang jujur dan taat, lalu tanpa
ragu-ragu memberikannya sepotong kain
Ketika ia kembali ke gunung, dia menyadari bahwa di dalam pondok yang
ditempatinya ada seekor tikus, sering kali saat dia sedang meditasi
datang menggerogoti pakaiannya yang disiapkan sebagai pengganti itu,
sejak dulu dia telah bersumpah seumur hidup akan menaati disiplin,
pantang membunuh makhluk hidup, oleh karenanya dia tidak mau melukai
tikus itu, namun dia tidak mempunyai cara untuk mengusir sang tikus,
maka dia kembali ke desa, meminta seekor kucing pada warga desa untuk
dipelihara.
Setelah mendapatkan kucing, dia lalu teringat: Harus makan apa kucing
itu? "Aku sama sekali tidak menginginkan kucing memakan tikus, namun
tidak mungkin sama sepertiku hanya makan buah dan tumbuhan liar kan!"
Lantas dia kembali meminta seekor sapi perah pada warga desa, dengan
demikian kucing itu dapat menyandarkan hidupnya pada air susu sapi itu.
Akan tetapi, setelah beberapa waktu tinggal di gunung, dia menyadari
bahwa setiap hari harus membuang banyak waktu untuk merawat dan
memberi makan rumput pada sapi betina itu, dia lalu kembali lagi ke
desa, menemukan seorang gelandangan miskin, kemudian membawa
gelandangan yang tidak mempunyai tempat tinggal ini ke gunung,
memberinya tugas merawat sapi perah.
Setelah gelandangan ini tinggal beberapa waktu di gunung, dia berkeluh
kesah pada si pencari spiritual : "Saya dan Anda tidak sama, saya
membutuhkan seorang istri, saya ingin kehidupan keluarga yang normal."
si pencari spiritual ini merenungi ada benarnya juga yang dikatakan
oleh si gelandangan itu, dia tidak boleh memaksa orang lain harus sama
seperti dirinya, melewati hidup menempa diri menahan nafsu.
Demikianlah kisah ini terus berkembang, dan Anda mungkin telah
mengetahuinya, yang mana pada akhirnya, mungkin setelah setengah tahun
kemudian, segenap warga desa semuanya telah pindah ke gunung. Ini
sebenarnya kisah yang persis terjadi pada kita setiap orang. Nafsu
atau keinginan itu seperti sebuah rantai, saling bertautan, selamanya
tidak dapat mencukupi.......
Komentar
Posting Komentar