Stuktur Birokrasi Kerajaan- Kerajaan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR
BELAKANG
Susunan
birokrasi pemerintahan tradisional masih diikuti oleh birokrasi kesultanan,
yakni dengan membagi urusan pemerintahan menjadi urusan dalam kerajaan dan
urusan luar kerajaa. kualitas birokrasi dan aparat yang diharapkan tidak
lain adalah terciptanya aparatur pemerintah yang handal, mampu melaksanakan
keseluruhan penyelenggaraan pemerintahan umum, pembangunan dan pelayanan
masyarakat dengan efisien, efektif dan profesional. Kinerja dapat didefinisikan
sebagai tingkat pencapaian hasil atau dengan kata lain, kinerja merupakan
tingkat pencapaian tujuan organisasi Pemerintahan Daerah. Jadi untuk
menentukan kinerja Pemerintahan Daerah dapat dilihat dari bagaimana tampilannya
dalam mewujudkan hasil dan seberapa besar hasil dapat dicapai sesuai dengan
target yang telah ditentukan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
- Bagaimana system birokrasi pada
zaman kerajaan?
1.3 TUJUAN
PENULISAN
- Untuk mengetahui system birokrasi pada zaman
kerajaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Stuktur Birokrasi Kerajaan- Kerajaan
- Kerajaan
Sriwijaya
Kerajaan
Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar yang bukan saja dikenal di
wilayah Indonesia, tetapi dikenal di setiap bangsa atau negara yang berada jauh
di luar Indo¬nesia. Hal ini disebabkan letak Kerajaan Sriwijaya yang sangat
strategis dan dekat dengan Selat Malaka. Telah kita ketahui, Selat Malaka pada
saat itu merupakan jalur perdagangan yang sangat ramai dan dapat menghubung-kan
antara pedagang-pedagang dari Cina dengan India maupun Romawi. Dari tepian
Sungai Must di Sumatra Selatan, pengaruh Kerajaan Sriwijaya terus meluas yang
mencakup Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Bangka, Laut Jawa bagian barat,
Bangka, Jambi Hulu, dan mungkin juga Jawa Barat (Tarumanegara), Semenanjung
Malaya hingga ke Tanah Genting Kra. Luasnya wilayah laut yang dikuasai Kerajaan
Sriwijaya menjadikan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim yang besar pada
zamannya kerajaan sriwijaya merupakan kerajaan maritime yang pernah membawa
harum nama bangsa Indonesia hingga jauh keluar wilayah Indonesia. Maupun jalur
dan pusat perdagangan yang sangat strategis.
Penguasaan
terhadap jalur dan pusat pusat perdagangan oleh kerajaan sriwijaya merupakan
hal yang penting ,karna denganmenguasai menguasai jalur dan pusat-pusat
perdagangan itu,kerajaan sriwijaya dapat menambah pendapatan kerajaan .dalam
hal ini ditemukan prasasti –prasasti yang mencatat masalah – masalah
penyelesaian hukum sengketa antar warga. Hal yang menarik bahwa sebagian
prasasti memuat ancaman ancaman atau kutukan kutukan yang ditujukan kepada
keluarga raja itu sendiri,ada pendapat yang menganggap bahwa hal itu sangat
mungkin terjadi, karna keluarga keluarga raja yang menjadi ancaman
itu,kekuasaan nya berada diluar penguasaaan raja dari raja yang berkuasa.
Stuktur
birokrasi yang ditetapkan oleh kerajaan sriwijaya bersipat langsung,karna raja
memegang peranan penting dalam pengawasan tempat yang dianggap strategis. Pada
masa Kerajaan Sriwijaya, sudah dikenal konsep birokrasi serta pembagian tugas.
Namun demikian raja masih dianggap yang paling berkuasa dan menentukan segala
kekuasaan secara mutlak masih berada di tangan raja. Struktur pemerintahan
Kerajaan Majapahit terdiri dari pemerintah pusat dan daerah. Masing-masing
kerajaan daerah diberi otonomi penuh dan memiliki perangkat pemerintahan yang
lengkap, namun terdapat kewajiban-kewajiban tertentu kepada pemerintah.
Raja-raja
yang berhasil diketahui pernah memerintah Kerajaan Sriwijaya diantaranya
sebagai berikut.
- Raja
Dapunta Hyang
Berita
mengenai raja ini diketahui melalui Prasasti Kedukan Bukit (683 M). Pada masa
pemerintahannya, Raja Dapunta Hyang telah berhasil memeperluas wilayak
kekuasaannya sampai ke wilayah Jambi, yaitu dengan menduduki daerah
Minangatamwan.
Daerah ini
memiliki arti yang sangat strategis dalam bidang perekonomian, karena daerah
ini dekat dengan jalur perhubungan pelayaran perdagangan di Selat Malaka. Sejak
awal pemerintahannya, Raja Dapunta Hyang telah mencita-citakan agar Kerajaan
Sriwijaya menjadi Kerajaan Maritim.
- Raja
Balaputra Dewa
Pada
awalnya, Raja Balaputra Dewa adalah raja dari kerajaan Syailendra (di Jawa
Tengah). Ketika terjadi perang saudara di Kerajaan Syailendra antara Balaputra
Dewa dan Pramodhawardani (kakaknya) yang dibantu oleh Rakai Pikatan (Dinasti
Sanjaya), Balaputra Dewa mengalami kekalahan. Akibat kekalahan itu, Raja
Balaputra Dewa lari ke Sriwijaya. Di Kerajaan Sriwijaya berkuasa Raja Dharma
Setru (kakek dari Raja Balaputra Dewa) yang tidak memiliki keturunan, sehingga
kedatangan Raja Balaputra Dewa di Kerajaan Sriwijaya disambut baik. Kemudian,
ia diangkat menjadi raja. Pada masa pemerintahan Raja Balaputra Dewa, Kerajaan
Sriwijaya berkembang semakin pesat. Raja Balaputra Dewa meningkatkan kegiatan
pelayaran dan perdagangan rakyat Sriwijaya. Di samping itu, Raja Balaputra Dewa
menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan yang berada di luar wilayah
Indonesia, terutama dengan kerajaan-kerajaan yang berada di India, seperti
Kerajaan Benggala (Nalanda) maupun Kerajaan Chola. Bahkan pada masa
pemerintahannya, kerajaan Sriwijaya menjadi pusat perdagangan dan penyebaran
agama Budha di Asia Tenggara.
- Raja
Sanggrama Wijayattunggawarman
Pada masa
pemerintahannya, Kerajaan Sriwijaya mendapat ancaman dari Kerajaan Chola. Di
bawah pemerintahan Raja Rajendra Chola, Kerajaan Chola melakukan serangan dan
berhasil merebut Kerajaan Sriwijaya. Raja Sriwijaya yang bernama Sanggrama
Wijayattunggawarman berhasil ditawan. Namun pada masa pemerintahan Raja
Kulotungga I di Kerajaan Cho, Raja Sanggrama Wijayattunggawarman dibebaskan
kembali.
a.
Wilayah
Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya
Setelah
berhasil menguasai Palembang, ibu kota Kerajaan Sriwijaya dipindahakan dari
Muara Takus ke Palembang. Dari Palembang, Kerajaan Sriwijaya dengan mudah dapat
menguasai daerah-daerah di sekitarnya seperti Bangka, Jambi Hulu dan mungkin
juga Jawa Barat (Tarumanegara). Maka dalam abad ke-7 M, Kerajaan Sriwijaya
telah berhasil menguasai kunci-kunci jalan perdagangan yang penting seperti
Selat Sunda, Selat Bangka, Selat Malaka, dan Laut Jawa bagian barat. Pada abad
ke-8 M, perluasan Kerajaan Sriwijaya ditujukan ke arah utara, yaitu menduduki
Semenanjung Malaya dan Tanah Genting Kra. Pendudukan terhadap daerah
Semenanjung Malaya bertujuan untuk menguasai daerah penghasil lada dan timah.
Sedangkan pendudukan terhadap daerah Tanah Genting Kra bertujuan untuk
menguasai lintas jalur perdagangan antara Cina dan India. Tanah Genting Kra
sering dipergunakan oleh para pedagang untuk menyeberang dari perairan Lautan
Hindia ke Laut Cina Selatan, untuk menghindari persinggahan di pusat Kerajaan
Sriwijaya. Pada akhir abad ke-8 M, Kerajaan Sriwijaya telah berhasil menguasai
seluruh jalur perdagangan di Asia Tenggara, baik yang melalui Selat Malaka,
Selat Karimata, dan Tanah Genting Kra.
Dengan
kekuasaan wilayah itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan laut terbesar di
seluruh Asia Tenggara.
b.
Sriwijaya
sebagai Negara Maritim
Prasasti
Kedukan Bukit yang ditemukan di Bukit Siguntang (dekat Palembang), menyebutkan
bahwa seorang raja yang bijaksana berlayar ke luar negeri untuk mencari kekuatan
gaib. Usahanya berhasil dengan baik. Usaha besar yang dimaksudkan itu adalah
perjalanan ekspedisi Raja Sriwijaya yang berhasil dengan gemilang dalam
menaklukan Bangka dan Melayu (di Jambi).Menurut Prasasti Kota Kapur (686 M)
yang ditemukan di Pulau Bangka, penduduk pulau Bangka tunduk kepada Kerajaan
Sriwijaya. Di samping itu, juga diberitakan bahwa Kerajaan Sriwijaya telah
melakukan ekspedisi ke Pulau Jawa. Perluasan yang dilakukan Kerajaan Sriwijaya
bertujuan untuk menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka dan Selat Sunda.
Semakin ramainya aktifitas pelayaran perdagangan di Kerajaan Sriwijaya
mengakibatkan Kerajaan Sriwijaya menjadi tempat pertemuan para pedagang atau
pusat perdagangan di Asia Tenggara. Bahkan para pedagang dari Kerajaan
Sriwijaya juga melakukan hubungan sampai di luar wilayah Indonesia, seperti ke
Cina di sebelah utara, atau Laut Merah dan Teluk Persia di sebelah barat.
Itulah sebabnya, Kerajaan Sriwijaya lebih dikenal sebagai kerajaan maritim.
2.
KERAJAAN KUTAI
Kehidupan
sosial di Kerajaan Kutai merupakan terjemahan dari prasasti-prasasti yang
ditemukan oleh para ahli. Di antara terjemahan tersebut adalah sebagai berikut.
Masyarakat di Kerajaan Kutai tertata, tertib dan teratur Masyarakat di Kerajaan
Kutai memiliki kemampuan beradaptasi dengan budaya luar (India), mengikuti pola
perubahan zaman dengan tetap memelihara dan melestarikan budayanya sendiri.
Kehidupan ekonomi di Kerajaan Kutai dapat diketahui dari dua hal berikut ini :
Letak geografis Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan
India. Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi para
pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat Kutai, disamping pertanian. Keterangan tertulis
pada prasasti yang mengatakan bahwa Raja Mulawarman pernah memberikan hartanya
berupa minyak dan 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana. Kehidupan budaya
masyarakat Kutai sebagai berikut : Masyarakat Kutai adalah masyarakat yang
menjaga akar tradisi budaya nenek moyangnya. Masyarakat yang sangat tanggap
terhadap perubahan dan kemajuan kebudayaan. Menjunjung tingi semangat keagamaan
dalam kehidupan kebudayaannya. Masuknya Pengaruh Budaya Masuknya pengaruh
budaya India ke Nusantara, menyebabkan budaya Indonesia mengalami perubahan.
Perubahan yang terpenting adalah timbulnya suatu sistem pemerintahan dengan
raja sebagai kepalanya. Sebelum budaya India masuk, pemerintahan hanya dipimpin
oleh seorang kepala suku.
3.
KERAJAAN MAJAPAHIT
Kerajaan
majapahit merupakan sebuah kerajaan kuno yang stuktur pemerintahan dan
birokrasi kerajaannya dapat diketahui dengan lebih lengkap.pada masa
pemerintahan raja Hayam wuruk ,kerajaan majapahit mencapai masa
kejayaan.kerajaan ini mencerminkan adanya suatu kekuasaan yang bersifat
teritorial dan besentralisasi dengan birokrsai yang terperinci.dalam
menjalankan pemerintahannya,para penguasa daerah dibantu oleh pejabat-pejabat
daerah dan stuktur birokrasi yang hamper sama dengan stuktur birokrasi yang ada
di pusat kerajaan ,tapi dalam tugas yang jauh lebih kecil dan lebih
sempit.dalam sejarah Indonesia kerajaan majapahit merupakan kerajaan yang besar
dan disegani oleh banyak bangsa asing.Pada awal pemerintahannya terjadi
pemberontakan pemberontakan yang dilakukan oleh teman teman seperjuangan raden
wijaya,pemberontakan ini terjadi karena tidak
puas akan jabatan-jabatan yang diberikan oleh raja.
Struktur
pemerintahan kerajaan Majapahit
mencerminkan
adanya kekuasaan yang bersifat teritorial dan desentralisasi dengan birokrasi
yang terperinci. Hal yang demikian ini terjadi karena adanya pengaruh
kepercayaan yang bersifat kosmologi. Berdasarkan konsepsi ini maka seluruh
kerajaan Majapahit dianggap sebagai replika dari jagat raya,
dan raja Majapahit disamakan dengan dewa tertinggi yang bersemayam
di puncak Mahameru.
Wilayah
kerajaan Majapahit terdiri
atas kerajaan-kerajaan bawahan yang disamakan dengan tempat tinggal para dewa
Lokapala yang terletak di ke-empat penjuru mata-angin. Dalam prasasti Tuhanaru
yang berangka tahun 1245 Saka (13 Desember 1323) kerajaan Majapahit
dilambangkan sebagai sebuah prasada dengan raja Jayanegara
sebagai Wisnwaatara dan Rakae Mapatih (Nambi) sebagai pranala,
sedangkan seluruh mandala Jawa dianggap sebagai punpunan-nya, pulau
Madura dan Tanjungpura dianggap sebagai angsa-nya. Demikian pula di
dalam prasasti Jayapatra yang berasal dari jaman Hayam Wuruk , raja Hayam Wuruk
diumpamakan sebagai sebuah patung Siwa dan Patih Gajah Mada diumpamakan sebagai
sebuah pranala.
Raja yang
dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia memegang otoritas politik tertinggi
dan menduduki puncak hierarkhi kerajaan. Dalam melaksanakan pemerintahan, raja
dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi. Para putra dan kerabat dekat raja
diberi kedudukan tinggi dalam jabatan birokrasi. Para putra mahkota sebelum
menjadi raja biasanya diberi kedudukan sebagai raja muda (yuwaraja ataukumararaja).
Putra-putra raja dari parameswari biasanya memiliki sebuah daerah
lenggahan (apanage).
Didalam
prasasti Sukamrta yang dikeluarkan oleh Kertarajasa Jayawarddhana pada tahun
1218 Saka (29 Oktober 1296) disebutkan bahwa pada waktu itu Jayanegara telah
dinobatkan menjadi kumararaja dan berkedudukan di Daha.
Demikian pula di dalam prasasti Prapancasarapura yang berasal dari
jaman pemerintahan Tribhuwanottunggadewi, disebutkan bahwa sebelum dinobatkan
menjadi raja Majapahit, Hayam Wuruk telah diangkat menjadi kumararaja dan
berkedudukan di Jiwana. Sedangkan pada waktu Hayam Wuruk menjadi raja, putrinya
yang bernama Kusumawarddhani pernah pula dinobatkan menjadi rajakumari dan
berkedudukan di Kabalan.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Sebagian
besar wilayah Indonesia sebelum kedatangan bangsa asing pada abad 16 menganut
sistem dan pengaturan masyarakat yang berbentuk sistem kerajaan
- Raja adalah pucuk pimpinan
- Pemegang kekuasaan absolut/ tunggal
- Segala keputusan ada di raja, rakyat harus tunduk
dan patuh
Birokrasi kerajaan pada masa dulu
bercirikan sebagai berikut :
1) Penguasa
menganggap dan menggunakan administrasi publik sebagai urusan pribadi
2)
Administrasi adalah peluasan rumah tangga istananya
3)
Tugas pelayanan ditujukan kepada pribadi sang raja
4)
Gaji dari para pegawai kerajaan pada hakikatnya adalah
anugerah yang juga dapat ditarik sewaktu –waktu sekehendak Sang raja.
5)
Para pejabat kerajaan dapat bertindak sekehendak
hatinya terhadap rakyat, seperti hal nya yang dilakukan oleh raja.
Birokrat dala kerajaan (Jawa), di dalam
pemerintahan pusat (keraton).
a. Urusan
pemerintahan diserahkan kepada 4 pejabat setingkat menteri (wedana lebet)
yang dikoordinasikan kepada setingkat menteri koordinator (pepatih lebet).
Pejabat – pejabat kerajaan tersebut membawahi masing – masing pegawai (abdi
dalem) yakni orang yang mencurahkan pengabdianya kepada raja.
b. Untuk urusan
di luar keraton (Mancanegara), raja menunjuk Bupati. Bupati adalah raja
– raja daerah sekitar yang telah ditaklukan oleh raja, dapat juga kerabat raja
ataupun pemuka masyarakat daerah tersebut. Untuk menjaga dari pengkhianatan,
biasanya Raja memberikan hukuman mati, bisa juga mengikat persaudaraan dengan
pernikahan, serta nyantrik(diajak masuk ke lingkungan kraton selama
beberapa hari). Dan secara konsisten menghadap selama 3 kali dalam setahun pada
Grebeg Mulud, Grebeg Syawal, Grebeg Besar disertai membawa Upeti.
Beberapa Kementrian yang ada di
Kerajaan/Kanayakan (Jawa), yang merupakan dewan menteri (Nayaka)
dan diketuai oleh Perdana Menteri (Pepatih Dalem). Dalam tiap kementrian
terdapat fungsi rangkap yakni Militer, sehingga dalam keadaan yang diperlukan
semua kementrian dapat berperang membela Kerajaanya, adapun kementriannya
sebagai berikut :
a.
Kementrian yang mengurusi yayasan dan pekerjaan umum (Kanayan
Keparak Kiwo dan Kanayakan Keparak Tengen).
b.
Kementrian yang mengurusi penghasilan dan keuangan
kraton/ Kemenkeu (Kanayakan Gedhong Kiwo dan Kanayakan Gedhong Tengen).
c.
Kementrian Dalam Negeri/ yang mengurusi masalah tanah
dan pemerintahan (Praja) yakni (Kanayakan Siti Sewu dan Kanayakan
Bumi Ijo)
d.
Kementrian Pertahanan ( Kanayakan Panumping
dan kanayakan Numbakanyar)
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar